Pada bagian awal telah dikemukakan bahwa tidak seluruh wilayah di muka
bumi dapat dihuni oleh makhluk hidup. Berdasarkan hasil penelaahan
kondisi fisik wilayah, diperkirakan hanya sekitar 1/550 bagian dari muka
bumi yang berpotensi sebagai lingkungan hidup. Beberapa faktor yang
memengaruhi persebaran flora dan fauna di muka bumi antara lain faktor
klimatik, edafik, fisiografi, dan biotik.
a. Faktor Klimatik
Kondisi
iklim merupakan salah satu faktor dominan yang mempengaruhi pola
persebaran flora dan fauna. Wilayah-wilayah dengan pola iklim yang
ekstrim, seperti daerah kutub yang senantiasa tertutup salju dan lapisan
es abadi, atau gurun yang gersang, sudah tentu sangat menyulitkan bagi
kehidupan suatu organisme. Oleh karena itu, persebaran flora dan fauna
pada kedua wilayah ini sangat minim baik dari jumlah maupun jenisnya.
Sebaliknya, daerah tropis merupakan wilayah yang optimal bagi kehidupan
flora dan fauna. Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran
makhluk hidup di permukaan bumi ini, antara lain suhu, kelembapan
udara, angin, dan tingkat curah hujan.
1) Suhu
Permukaan bumi
mendapatkan energi panas dari radiasi matahari dengan intensitas
penyinaran yang berbeda-beda di setiap wilayah. Daerah-daerah yang
berada pada zona lintang iklim tropis, menerima penyinaran matahari
setiap tahunnya relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan
wilayah-wilayah lainnya. Selain posisi lintang, faktor kondisi geografis
lainnya yang mempengaruhi tingkat intensitas penyinaran matahari antara
lain kemiringan sudut datang sinar matahari, ketinggian tempat, jarak
suatu wilayah dari permukaan laut, kerapatan penutupan lahan dengan
tumbuhan, dan kedalaman laut. Perbedaan intensitas penyinaran matahari
menyebabkan variasi suhu udara di muka bumi.
Kondisi suhu udara
sangat berpengaruh terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan, karena
berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal
atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu
dan lainnya. Misalnya, flora dan fauna yang hidup di kawasan kutub
memiliki tingkat ketahanan dan toleransi yang lebih tinggi terhadap
perbedaan suhu yang tajam antara siang dan malam jika dibandingkan
dengan flora dan fauna tropis.
Pada wilayah-wilayah yang memiliki suhu
udara tidak terlalu dingin atau panas merupakan habitat yang sangat
baik atau optimal bagi sebagian besar kehidupan organisme, baik manusia,
hewan, maupun tumbuhan. Hal ini disebabkan suhu yang terlalu panas atau
dingin merupakan salah satu kendala bagi makhluk hidup.
Khusus dalam
dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor pengontrol
persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan
kondisi topografinya. Oleh karena itu, sistem penamaan habitat flora
seringkali sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis,
vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi.
2) Kelembapan Udara
Selain
suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di
muka bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air
yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh
langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis
tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering, sebaliknya terdapat
jenis tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan
kadar air yang tinggi.
Berdasarkan tingkat kelembapannya, berbagai
jenis tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok utama,
yaitu sebagai berikut.
a) Xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat
tahan terhadap lingkungan hidup yang kering atau gersang (kelembapan
udara sangat rendah), seperti kaktus dan beberapa jenis rumput gurun.
b) Mesophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan yang lembap, seperti anggrek dan jamur (cendawan).
c)
Hygrophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan
yang basah, seperti eceng gondok, selada air, dan teratai.
d)
Tropophyta, yaitu jenis tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap
perubahan musim kemarau dan penghujan. Tropophyta merupakan flora khas di
daerah iklim muson tropis, seperti pohon jati
3) Angin
Di
dalam siklus hidrologi, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang
dapat memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat lain.
Gejala alam ini menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi, karena
terjadi distribusi uap air di atmosfer ke berbagai wilayah. Akibatnya,
secara alamiah kebutuhan organisme akan air dapat terpenuhi. Gerakan
angin juga membantu memindahkan benih dan membantu proses penyerbukan
beberapa jenis tanaman tertentu.
4) Curah Hujan
Air merupakan
salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa sumber daya air,
tidak mungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi. Bagi
makhluk hidup yang
menempati biocycle daratan, sumber air utama untuk
memenuhi kebutuhan hidup berasal dari curah hujan. Melalui curah hujan,
proses pendistribusian air di muka bumi akan berlangsung secara
berkelanjutan. Sebagaimana telah Anda pelajari di kelas X, bahwa
titik-titik air hujan yang jatuh ke bumi dapat meresap pada lapisan-
lapisan tanah dan menjadi persediaan air tanah, atau bergerak sebagai
air larian permukaan, kemudian mengisi badan-badan air, seperti danau
atau sungai.
Begitu pentingnya air bagi kehidupan mengakibatkan pola
penyebaran dan kerapatan makhluk hidup antarwilayah pada umumnya
bergantung dari tinggi-rendahnya curah hujan. Wilayah-wilayah yang
memiliki curah hujan tinggi pada umumnya merupakan kawasan yang dihuni
oleh aneka spesies dengan jumlah dan jenis jauh lebih banyak
dibandingkan dengan wilayah yang relatif lebih kering.
Sebagai contoh
daerah tropis ekuatorial dengan curah hujan tinggi merupakan wilayah
yang secara alamiah tertutup oleh kawasan hutan hujan tropis (belantara
tropis) dengan aneka jenis flora dan fauna dan tingkat kerapatan yang
tinggi. Tingkat intensitas curah hujan pada suatu wilayah akan membentuk
karakteristik yang khas bagi formasi-formasi vegetasi (tumbuhan) di
muka bumi.
Karakter vegetasi yang menutupi hutan hujan tropis sangat
jauh berbeda dengan vegetasi yang menutupi kawasan muson, stepa, atau
gurun. Karakter vegetasi di wilayah muson didominasi oleh tumbuhan gugur
daun untuk menjaga kelembapan saat musim kemarau. Wilayah gurun
didominasi oleh jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap kekeringan.
Kekhasan pola dan karakteristik vegetasi ini tentunya mengakibatkan
adanya hewan-hewan yang khas pada lingkungan vegetasi tertentu. Pada
dasarnya tumbuhan merupakan salah satu sumber bahan makanan (produsen)
bagi hewan.
b. Faktor Edafik
Faktor kedua yang memengaruhi
persebaran bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi terutama tumbuhan adalah
kondisi tanah atau faktor edafik. Tanah merupakan media tumbuh dan
berkembangnya tanaman. Kondisi tanah yang secara langsung berpengaruh
terhadap tanaman adalah kesuburan. Adapun yang menjadi parameter
kesuburan tanah antara lain kandungan humus atau bahan organik, unsur
hara, tekstur dan struktur tanah, serta ketersediaan air dalam pori-pori
tanah. Tanah-tanah yang subur, seperti jenis tanah vulkanis dan andosol
merupakan media optimal bagi pertumbuhan tanaman.
c. Faktor Fisiografi
Faktor
fisiografi yang berkaitan dengan persebaran makhluk hidup adalah
ketinggian tempat dan bentuk wilayah. Anda tentu masih ingat gejala
gradien thermometrik, di mana suhu udara akan mengalami penurunan
sekitar 0,5o C–0,6o C setiap wilayah naik 100 meter dari permukaan laut.
Adanya penurunan suhu ini sangat berpengaruh terhadap pola persebaran
jenis tumbuhan dan hewan, sebab organisme memiliki keterbatasan daya
adaptasi terhadap suhu lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, jenis
tumbuhan yang hidup di wilayah pantai akan berbeda dengan yang hidup
pada wilayah dataran tinggi atau pegunungan.
d. Faktor Biotik
Manusia
adalah komponen biotik yang berperan sentral terhadap keberadaan flora
dan fauna di suatu wilayah, baik yang sifatnya menjaga kelestarian
maupun mengubah tatanan kehidupan flora dan fauna. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari, manusia berusaha mengolah dan
memanfaatkan lingkungan hidup di sekitarnya semaksimal mungkin, walaupun
terkadang dapat merusak kelestarian alam. Misalnya, dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam waktu yang relatif singkat manusia
mampu mengubah kawasan hutan menjadi daerah permukiman dan areal
pertanian. Perubahan fungsi lahan tersebut berakibat terhadap kestabilan
ekosistem yang secara alamiah telah terjalin dalam periode jangka waktu
yang lama.
Sumber : Geografi Membuka Cakrawala Dunia Kelas XI, Bambang Utoyo
Sabtu, 10 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar