Jumat, 18 Januari 2013

AIR SEBAGAI KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA TERUTAMA BAGI PENGHASILAN NELAYAN

Air merupakan produk penting yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa yang memiliki manfaat bagi kehidupan mulai dalam zaman nenek moyang kita hingga sekarang. Air sangat dibutuhkan bagi makhluk ciptaan Tuhan untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari, tanpa air sangatlah tidak mungkin makhluk di bumi ini bisa hidup. Dengan diciptakannya air yang melimpah dan tersebar diseluruh penjuru dunia sangatlah  mungkin untuk dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Air yang sangat melimpah ini dapat membawa penghasilan yang banyak bagi para pencari nafkah yang khususnya berada disekitar kawasan yang mempunyai banyak air, seperti para nelayan yang kesehariannya selalu mengadu nasib ditengah-tengah air yang banyak yang disebut laut ataupun kelautan. Bagi nelayan, air yang sangat banyak inilah atau laut inilah sumber penghasilan bagi mereka untuk mencukupi kebutuhan hidup setiap hari. Sangatlah berarti atau mungkin apabila air sebagai sumber kehidupan dan lahan ekonomi bisnis untuk memenuhi penghasilan mereka. Seperti halnya yang terungkap dalam sebuah syair lagu seorang pelaut dibawah ini:

nenek moyangku orang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa

angin bertiup layar terkembang
ombak berdebur di tepi pantai
pemuda b'rani bangkit sekarang
ke laut kita beramai-ramai
Secara historis, nenek moyang bangsa Indonesia adalah seorang pelaut, hal yang diungkapkan pada sebuah syair lagu diatas dan pada pecahan uang seratus rupiah yang menggambarkan perahu pinisi dengan layar terkembang gagah. Dari syair lagu tersebut, seolah pencipta lagu ingin mengajak kita semua terutama pemuda untuk kelaut, tidak ingin cucut-cicitnya untuk mengabaikan apalagi meninggalkan laut karena banyak hal yang bisa dibanggakan yang akan kita temui jika tidak takut mengenal laut lebih dalam, menerjang ombak dan badai. Dan itulah sang pemberani.
            Indonesia jika dilihat dari aspek geografis, terletak diantara 60 LU – 110 LS dan 950 BT - 1410 BT, dilalui oleh garis khatulistiwa antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, antara Benua Asia dan Benua Australia, dan pada pertemuan dua rangkaian pegunungan yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteranian. Dengan panjang sekitar 5000 km, atau hampir 1/8 keliling Bumi. Perbedaan garis bujur sedemikian itu menyebabkan adanya perbedaan waktu. Tak ada di dunia yang seunik Indonesia. Saya yakin tidak ada negara didunia yang lebih beruntung dari Indonesia. Indonesia adalah penggalan surga, surga seakan-akan pernah bocor dan mencipratkan keindahan dan kekayaannya ke Bumi. Kita bisa tanam benih apa saja diatas kesuburan tanahnya dan kelimpahan airnya yang tak terkirakan. Fauna yang bermacam-macam dan Flora yang beraneka ragam. Di Indonesia tongkat dan batu bisa tumbuh, baik didarat maupun diperairan atau laut, kita tinggal melempar benih dengan sendirinya akan tumbuh. Menjadi negara terkaya akan hasil Bumi dan Laut. Membuat saya kagum, bangga dan bersyukur menjadi warga negara Indonesia namun juga heran dan prihatin. Sesuatu yang seharusnya sulit terjadi, ternyata banyak terjadi di Indonesia yaitu kemiskinan.
Ada apa denganmu Indonesiaku?
            Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Tiga per empat dari keseluruhan wilayahnya adalah perairan atau lautan. Kekayaan laut Indonesia seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, plasma nutfah, juga minyak, gas bumi, barang tambang, mineral, serata energi kelautan seperti gelombang, angin, juga pariwisata Bali, bunaken, sempu, wisata bahari Lamongan, pelabuhan, dan lain-lain. Dan saya yakin masih banyak hal yang belum tertulis tentang kekayaan laut Indonesia. Kompas 6 November 2009 menyebutkan potensi kekayaan laut Indonesia capai Rp 14,994 Triliun.
            Sumber daya kelautan yang begitu melimpah ini hanya dipandang ”sebelah mata”. Di satu sisi Indonesia memposisikan diri sebagai negara maritim, namun status lain Indonesia juga negara agraris dengan puluhan juta petani. Seperti sebuah dilema, Indonesia ini mau dikenal sebagai negara maritim atau negara agraris atau kalau bahkan keduanya. Masalah pertanian yang selalu seputar kelangkaan dan tingginya harga pupuk, benih palsu, kekeringan, kebanjiran, infrastruktur parah, kualitas produksi rendah, hingga sulitnya mengakses permodalan, tiada yang terselesaikan. Bangsa Indonesia harus serius mencari solusi dari masalah pertanian sebagai modal pembangunan tapi usahakan tidak mengabaikan laut. Entah mungkin karena saya seorang anak pesisir yang sudah jatuh cinta pada laut, atau mungkin seandainya bukan orang pesisir namun tahu akan kekayaan laut, pasti akan berkata ”Betapa mubazirnya jika kekayan laut diabaikan”.
            Sektor perikanan menjadi salah satu sektor ekspor, apalagi mampu tumbuh positif ditengah terpaan krisis dan penyumbang devisa yang kontribusinya sebesar 3,2 persen. Indonesia memiliki volume produksi teratas dikawasan ASEAN (data FAO) sebesar 8,8 juta ton dan Filipina peringkat ke dua dengan 4,9 juta ton (kompas 28 Juni 2010). Dengan jarak hampir separuh pastinya sulit menggeser posisi Indonesia. Meski sebagai produsen terbesar dalam produk perikanan dan kelautan, diperlukan juga diversifikasi produk karena akan mengalami persaingan dengan negara lainnya seperti Thailand dan Vietnam. Ditambah akan diberlakukannya standar kesehatan, maka harus ditanggapi dengan serius agar kinerja ekspor terus tumbuh.
            Terasa tidak asing bagi kita mendengar kasus nelayan asing yang mencuri ikan di wilayah perairan Indonesia, tiap tahunnya entah berapa juta ton ikan di perairan kita dicuri oleh nelayan asing dengan peralatan tangkapan ikan yang sangat canggih. Kerugian yang diderita negara kita mencapai Rp 18 Triliun – Rp 36 Triliun setiap tahunnya. Tidak mungkin Belanda datang menjajah Indonesia jikalau bukan  karena kekayaannya. Seandainya laut Indonesia miskin, tidak mungkin terdengar kasus pencurian ikan berkali-kali. Atau mungkin orang asing itu heran, gemes dan sedikit cemburu atau iri kepada bangsa Indonesia. ”Lautmu itu sangat kaya, kenapa kamu biarkan......!!!”
            Seandainya orang Jepang yang dikenal memiliki etos kerja yang tinggi mempunyai laut seluas dan sekaya negara Indonesia, pasti kesejahteraan dan ekonomi mereka nomor satu dan sulit tertandingi. Atau lebih baik berandai-andai seandainya bangsa Indonesia yang memiliki laut luas dan kaya, memiliki etos kerja seperti orang Jepang, pasti kesejahteraan dan ekonomi Indonesia menjadi sangat jauh lebih baik, entah mana yang lebih tidak mungkin terjadi, Jepang memiliki laut luas dan kaya atau bangsa Indonesia memiliki etos kerja yang tinggi. Keduanya mungkin saja terjadi asal ada kemauan yang keras.
            Di Jepang pernah terjadi kira-kira sepertiga penduduk sebuah desa di bagian tengah Jepang, Minamata dilaporkan tercemar merkuri atau air raksa karema memakan daging ikan lumba-lumba. Keracunan merkuri atau air raksa adalah hal yang sangat peka di Jepang sejak puluhan tahun karena adanya bencana yang disebabkan polusi industri dalam tahun 1950-an, yang mengakibatkan cacat lahir, ganggauan syaraf dan seringkali mengakibatkan kematian. Begitu besar bangsa Jepang memaksimalkan laut mereka. Meski telah tahu lautnya tercemar, mereka tidak mengabaikan hasil lautnya. Jepang.....oh, Jepang.........!!!!
            Tak ada yang ragu akan kekayaan laut Indonesia, ditambah dengan tekad pemerintah menginginkan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar didunia pada 2015, menjadi tugas tersendiri bagi bangsa Indonesia. Semua itu tergantung  pemilik untuk mengelolanya. Laut Indonesia dimanfaatkan secara lebih optimal, dikelola seperti biasa atau diabaikan begitu saja.........
            Itulah manfaat air bagi kehidupan terutama bagi masyarakat yang hidupnya tergantung pada perairan seperti nelayan yang setiap hari mengarungi lautan untuk mencukupi kebutuhan keluarga agar tetap bisa menjalankan hidupnya setiap hari.

0 komentar:

Posting Komentar

Money Free

Finance Freedom Success