nenek moyangku orang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa
angin bertiup layar terkembang
ombak berdebur di tepi pantai
pemuda b'rani bangkit sekarang
ke laut kita beramai-ramai
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa
angin bertiup layar terkembang
ombak berdebur di tepi pantai
pemuda b'rani bangkit sekarang
ke laut kita beramai-ramai
Secara historis, nenek
moyang bangsa Indonesia adalah seorang pelaut, hal yang diungkapkan pada sebuah
syair lagu diatas dan pada pecahan uang seratus rupiah yang menggambarkan
perahu pinisi dengan layar terkembang gagah. Dari syair lagu tersebut, seolah
pencipta lagu ingin mengajak kita semua terutama pemuda untuk kelaut, tidak
ingin cucut-cicitnya untuk mengabaikan apalagi meninggalkan laut karena banyak
hal yang bisa dibanggakan yang akan kita temui jika tidak takut mengenal laut
lebih dalam, menerjang ombak dan badai. Dan itulah sang pemberani.
Indonesia
jika dilihat dari aspek geografis, terletak diantara 60 LU – 110
LS dan 950 BT - 1410 BT, dilalui oleh garis khatulistiwa
antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, antara Benua Asia dan Benua Australia,
dan pada pertemuan dua rangkaian pegunungan yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediteranian.
Dengan panjang sekitar 5000 km, atau hampir 1/8 keliling Bumi. Perbedaan garis
bujur sedemikian itu menyebabkan adanya perbedaan waktu. Tak ada di dunia yang
seunik Indonesia. Saya yakin tidak ada negara didunia yang lebih beruntung dari
Indonesia. Indonesia adalah penggalan surga, surga seakan-akan pernah bocor dan
mencipratkan keindahan dan kekayaannya ke Bumi. Kita bisa tanam benih apa saja
diatas kesuburan tanahnya dan kelimpahan airnya yang tak terkirakan. Fauna yang
bermacam-macam dan Flora yang beraneka ragam. Di Indonesia tongkat dan batu
bisa tumbuh, baik didarat maupun diperairan atau laut, kita tinggal melempar
benih dengan sendirinya akan tumbuh. Menjadi negara terkaya akan hasil Bumi dan
Laut. Membuat saya kagum, bangga dan bersyukur menjadi warga negara Indonesia
namun juga heran dan prihatin. Sesuatu yang seharusnya sulit terjadi, ternyata
banyak terjadi di Indonesia yaitu kemiskinan.
Ada apa denganmu Indonesiaku?
Indonesia
adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Tiga per empat dari keseluruhan
wilayahnya adalah perairan atau lautan. Kekayaan laut Indonesia seperti perikanan,
terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, plasma nutfah, juga minyak, gas
bumi, barang tambang, mineral, serata energi kelautan seperti gelombang, angin,
juga pariwisata Bali, bunaken, sempu, wisata bahari Lamongan, pelabuhan, dan
lain-lain. Dan saya yakin masih banyak hal yang belum tertulis tentang kekayaan
laut Indonesia. Kompas 6 November 2009 menyebutkan potensi kekayaan laut Indonesia
capai Rp 14,994 Triliun.
Sumber
daya kelautan yang begitu melimpah ini hanya dipandang ”sebelah mata”. Di satu
sisi Indonesia memposisikan diri sebagai negara maritim, namun status lain Indonesia
juga negara agraris dengan puluhan juta petani. Seperti sebuah dilema, Indonesia
ini mau dikenal sebagai negara maritim atau negara agraris atau kalau bahkan
keduanya. Masalah pertanian yang selalu seputar kelangkaan dan tingginya harga
pupuk, benih palsu, kekeringan, kebanjiran, infrastruktur parah, kualitas
produksi rendah, hingga sulitnya mengakses permodalan, tiada yang
terselesaikan. Bangsa Indonesia harus serius mencari solusi dari masalah
pertanian sebagai modal pembangunan tapi usahakan tidak mengabaikan laut. Entah
mungkin karena saya seorang anak pesisir yang sudah jatuh cinta pada laut, atau
mungkin seandainya bukan orang pesisir namun tahu akan kekayaan laut, pasti
akan berkata ”Betapa mubazirnya jika kekayan laut diabaikan”.
Sektor
perikanan menjadi salah satu sektor ekspor, apalagi mampu tumbuh positif
ditengah terpaan krisis dan penyumbang devisa yang kontribusinya sebesar 3,2
persen. Indonesia memiliki volume produksi teratas dikawasan ASEAN (data FAO)
sebesar 8,8 juta ton dan Filipina peringkat ke dua dengan 4,9 juta ton (kompas
28 Juni 2010). Dengan jarak hampir separuh pastinya sulit menggeser posisi Indonesia.
Meski sebagai produsen terbesar dalam produk perikanan dan kelautan, diperlukan
juga diversifikasi produk karena akan mengalami persaingan dengan negara
lainnya seperti Thailand dan Vietnam. Ditambah akan diberlakukannya standar
kesehatan, maka harus ditanggapi dengan serius agar kinerja ekspor terus tumbuh.
Terasa
tidak asing bagi kita mendengar kasus nelayan asing yang mencuri ikan di
wilayah perairan Indonesia, tiap tahunnya entah berapa juta ton ikan di
perairan kita dicuri oleh nelayan asing dengan peralatan tangkapan ikan yang
sangat canggih. Kerugian yang diderita negara kita mencapai Rp 18 Triliun – Rp 36
Triliun setiap tahunnya. Tidak mungkin Belanda datang menjajah Indonesia jikalau
bukan karena kekayaannya. Seandainya laut
Indonesia miskin, tidak mungkin terdengar kasus pencurian ikan berkali-kali. Atau
mungkin orang asing itu heran, gemes dan sedikit cemburu atau iri kepada bangsa
Indonesia. ”Lautmu itu sangat kaya, kenapa kamu biarkan......!!!”
Seandainya
orang Jepang yang dikenal memiliki etos kerja yang tinggi mempunyai laut seluas
dan sekaya negara Indonesia, pasti kesejahteraan dan ekonomi mereka nomor satu
dan sulit tertandingi. Atau lebih baik berandai-andai seandainya bangsa
Indonesia yang memiliki laut luas dan kaya, memiliki etos kerja seperti orang Jepang,
pasti kesejahteraan dan ekonomi Indonesia menjadi sangat jauh lebih baik, entah
mana yang lebih tidak mungkin terjadi, Jepang memiliki laut luas dan kaya atau
bangsa Indonesia memiliki etos kerja yang tinggi. Keduanya mungkin saja terjadi
asal ada kemauan yang keras.
Di Jepang
pernah terjadi kira-kira sepertiga penduduk sebuah desa di bagian tengah Jepang,
Minamata dilaporkan tercemar merkuri atau air raksa karema memakan daging ikan
lumba-lumba. Keracunan merkuri atau air raksa adalah hal yang sangat peka di Jepang
sejak puluhan tahun karena adanya bencana yang disebabkan polusi industri dalam
tahun 1950-an, yang mengakibatkan cacat lahir, ganggauan syaraf dan seringkali
mengakibatkan kematian. Begitu besar bangsa Jepang memaksimalkan laut mereka. Meski
telah tahu lautnya tercemar, mereka tidak mengabaikan hasil lautnya. Jepang.....oh,
Jepang.........!!!!
Tak
ada yang ragu akan kekayaan laut Indonesia, ditambah dengan tekad pemerintah
menginginkan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan
terbesar didunia pada 2015, menjadi tugas tersendiri bagi bangsa Indonesia. Semua
itu tergantung pemilik untuk mengelolanya.
Laut Indonesia dimanfaatkan secara lebih optimal, dikelola seperti biasa atau
diabaikan begitu saja.........
Itulah
manfaat air bagi kehidupan terutama bagi masyarakat yang hidupnya tergantung
pada perairan seperti nelayan yang setiap hari mengarungi lautan untuk mencukupi
kebutuhan keluarga agar tetap bisa menjalankan hidupnya setiap hari.
0 komentar:
Posting Komentar